Kepada Yth :
Redaktur Opini Harian Kompas
Di – Jakarta
MASA DEPAN DEMOKRASI DAN GEOEKONOMI - POLITIK DUNIA
OLEH : EKO SETIO BUDI
Membicarakan tentang Indonesia, memang masih menjadi tema yang menarik. Perjalan bangsa yang sampai saat ini, masih mencari jati diri dan indentitas ke-Indonesiaan, sehingga semua aspek pergulatan negara menjadi satu dinamika dan dialektika negara menjadi satu proses menuju negara yang benar-benar demokratis dan berkeadilan sosial. Sudah saatnya kita berpikir relistis atas kondisi bangsa kita saat ini. Membangun Indonesia yang benar-benar demokratis dengan menyerahkan kedaulatan di tangan rakyat sebagaimana yang dicita-citakan oleh para founding father kita dalam UUD`1945. Bagimanapun demokrasi adalah gagasan yang paling mengairahkan yang kemunculannya sejak abad XX, sehingga banyak negara-negara di belahan dunia berlomba untuk bisa mengkalin dirinya sebagai negara yang demokratis.
Kompleknya persoalan-persoalan bangsa kita, mulai dari kemiskinan, beban hutang, KKN, ancaman disintegarsi, penegakan HAM, dan lain-lain menjadi tantangan Indonesia yang harus segera diselesaikan. Krisis ekonomi sejak pertengahan tahun 1997, memang telah menghancurkan struktur ekonomi dan politik kita. Namun sebagai manusia Indonesia memang kita dilahirkan atas dasar naluri individual dan kebebasan, tapi tidak dilahirkan dengan pengetahuan yang membuat struktur ekonomi dan politik menjadi kebebasan yang akan dinikmati secara Cuma-Cuma, namun pilihan untuk berdemokrasi harus menjadi implementatif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga menjadi ciri dalam berinteraksi antar warga negara. Sebagaimana disebut Karim Suryadi, ”Menata demokrasi belum cukup hanya dengan mendirikan kelembagaan demokrasi, demokrasi yang sehat untuk sebagian besar bergantung pada pengembangan budaya warga negara yang demokratis (democratic civic culture), budaya dalam artian perilaku, praktek-praktek dan norma-norma yang mencerminkan kemampuan rakyat untuk mengatur diri mereka sendiri, terlebih dalam hal menyikapi konflik, melakukan kompromi dan konsensus”.(Karim Suryadi : 1999) Untuk itu diperlukan yang namanya pendidikan demokrasi kepada warga negara dan harusnya menjadi satu perhatian mendasar bagi pemerintah dan partai politik sebagai infrastruktur politik negara. Hal ini didasari pada kepentingan bersama yaitu, pengakuan dan penghormatan atas hak asasi, harkat dan martabat individu diakui, penegakan aturan hukum, menjalankan kewajiban bersama dan menempatkan kepentingan umum menjadi kepedulian bersama.
Untuk membangun satu struktur ekonomi dan politik Indonesia kedepan yang akan mengerakkan berjalannya proses demokratisasi, kita juga harus mempertimbangkan faktor-faktor eksternal lainnya. Globalisasi dan liberalisasi memang sudah tidak bisa dihindarkan lagi. Globalisasi dan liberalisasi akan menghasilkan system dunia baru yang ditandai dengan adanya peradaban dunia dan struktur dunia yang baru, yang ditandai hilangnya batas-batas negara dengan pelaksanaan pasar bebas berkawasan seperti AFTA dan NAFTA menjadi satu tantangan bangsa Indonesia sekarang. Bagaimana kita mampu merespon dan menganalisa setiap perkembangan yang terjadi di dunia internasional, karena bagaimanapun juga situasi dunia internasional cukup signifikan mempengaruhi kondisi dalam negeri. Sebagai contoh adalah kebijakan perang AS terhadap terorisme ternyata cukup signifikan mempengaruhi perpolitikan nasional, yang kemudian direspon dengan membuat Undang-Undang Terorisme dan keterpurukan ekonomi AS beberapa bulan terakhir akibat kebijakan perang melawan Iraq direspon dengan sentimen negatif pasar modal dalam negeri.
Selain itu, Sistem dunia akan menjauhkan negara dari rakyatnya, bagaimana sekat-sekat negara dengan rakyat di putus dengan sistem ekonomi liberal yang menghadap-hadapkan rakyat dengan pasar, yang sudah barang tentu akan kalah karena posisi bargaining rakyat yang kalah modal. Liberalisasi ekonomi juga membuka peluang masuknya perusahaan-perusahaan asing yang berskala internasional (TNC/MNC) kedalam negeri, yang nantinya akan bersaing memperebutkan pasar dengan pengusaha-pengusaha lokal yang bermodal kecil dan didukung tekhnologi-tekhnologi sederhana, maraknya penjualan BUMN atau yang dikenal dengan privatisasi, penguranggan beban negara atas rakyatnya (baca subsidi), privatisasi pendidikan yang berimbas pada mahalnya biaya pendidikan dan lain-lain. Suatu persoalan kompleks yang selama ini tidak pernah muncul dalam pikiran kita bersama. Sebagaimana disebut Jacob Oetama,”ekonomi pasar dalam bentuknya yang liar justru berlawanan dengan visi, orientasi dan nilai-nilai Indonesia, sangat besar bahkan sangat menentukan peranan kepemimpinan dalam pemerintahan dan masyarakat, dalam lembaga-lembaga pemrintah dan lembaga-lembaga kemasyarakatan termasuk lembaga ekonomi masyarakat seperti usaha-usaha swasta” (Jacob Oetama : 2001). Berbagai hal ini harusnya bisa diantisipasi sejak dulu jika pemerintah waktu itu tegas melaksanakan pendekatan integralistik yang berbasiskan pada beragamnya entitas etnik dalam konteks ke-Indonesiaan. Sebagai mana disebut Dr.Ir.H. Bunyamin Ranto, SE, “secara sederhana, makna konsep integralistik dalam konteks ke-Indonesiaan adalah sebuah konsep yang senantiasa mengacu kepada azas keterpaduan yang dilandaskan pada prinsip-prinsip keserasian, keselarasan dan keseimbangan” (Dr.Ir.H. Bunyamin Ranto, SE : 1995)
Dalam tulisan, akan lebih menitik beratkan pada analisa study system dunia dengan mengunakan alat analisa geopolitik dan geoekonomi, karena bagaimanapun keberadaannya sudah tidak bisa dinafikkan lagi dan cukup signifikan menentukan posisi dan masa depan Indonesia. Dan globalisai menjadi satu tantangan baru bagi Indonesia sekarang dan masa depan.
Dalam dalam peradapan baru dunia global, kemajuan tekhnologi dan informasi menjadi infrastruktur penopang bergeraknya globalisasi dan liberalisasi ekonomi (baca neoliberal). Sebagai contohnya keberadaan pasar maya yang merupakan sistem dan tatanan baru bagi keuangan internasional yang kemudian banyak disebut dengan disebut dengan pasar modal dan pasar uang. Kemajuan elektronik global, membuat para pemegang modal diberbagai sektor seperti keuangan, perbankan, investasi langsung dan lain-lain, dengan mudahnya dapat memindahkan modalnya dalam jumlah besar dari negara yang lain ke negara yang lainnya hanya dengan memencet mouse kompiuter dengan jaringan internet yang terakses langsung disemua negara di dunia. Sehingga dengan mudahnya mereka mampu mengoyang perekonomian satu negara bahkan satu kawasan. Karena pergerakan aliran lalu lintas modal global sangat mempengaruhi pasar modal dalam satu negara. Selain itu transaksi keuangan internasional yang mengunakan dollar AS sebagai standar keuangan internasional, akan mempengaruhi peningkatan perputaran pasar uang global.
Sistem dunia akan terus bergerak dan mempunyai kecenderungan untuk bergerak linier yang akan berproses secara kompleks serta akan selalu memunculkan kontradiktif atau pertentangan. Sistem dunia juga akan merasuki semua aspek kehidupan manusia dan negara, sehingga ada kecenderunagn suatu negara tak terkecuali Indonesia akan kehilangan sebagian kekuatan ekonominya. Dilain pihak globalisasi akan mendorong kekuatan-kekuatan lokal (baca kearifan lokal) untuk mampu bertahan dalam dunia yang menglobal ini.
Sebagaimana dikatakan oleh Anthony Giddens, “Globalisasi tidak hanya berkaitan dengan sistem-sistem besar, seperti tatanan keuangan dunia, globalisasi bukan sekedar apa yang ada diluar sana terpisah, dan jauh dari orang perorang. Ia juga merupakan fenomena di sini yang mempengaruhi aspek-aspek kehidupan kita yang intim dan pribadi. Perdebatan mengenai nilai-nilai keluarga yang tengah berlangsung di banyak negara misalnya, mungkin terkesan sangat jauh dari pengaruh globalisasi. Tidak demikian halnya, dibanyak belahan dunia, sistem keluarga tradisional kian berubah atau terdesak khususnya setelah kaum perempuan menuntut kesetaraan yang lebih besar. Sepanjang yang kita ketahui dari catatan sejarah, belum pernah ada masyarakat yang kaum perempuannya hampir setara dengan pria. Ini sunguh merupakan revolusi global dalam kehidupan sehari-hari yang konsekwensinya dirasakan diseluruh dunia , dari wilayah kerja hingga wilayah politik”. (Anthony Giddens : 2001)
Geo Politik
Keberadaan Indonesia tidak lepas dari pergerakan di luar apalagi dalam dunia yang menglobal. Dinamika perpolitikan internasional yang akan mendorong semakin menguatnya trend global kedepan dan trend ini tentunya akan terus berubah mengikuti irama pasar. Sistem dunia yang didukung sepenuhnya negara-negara di dunia pertama, sehingga mereka memainkan peran setrategis setiap pengambilan kebijakan mengenai aturan-aturan internasional melalui lembaga-lembaga tertentu. Sebagai contoh adalah adanya ISO (international Standart Organisation) yang menjadi salah satu aturan internasional dalam perdaganan barang lintas negara. Cara pandang penetapan aturan dengan mengunakan cara pandang barat, yang sudah barang tentu berbeda dengan cara pandang, kondisi dan potensi yang dimiliki oleh negara-negara di dunia ketiga. Aturan seperti ini sudah barang tentu akan mengalalahkan daya saing negara-negara ketiga, karena aturan ISO memiliki kecenderungan untuk menghadapkan pada hokum besi mekanisme pasar.
Konsolidasi politik negara-negara Eropa dan Amerika yang banyak menganut demokrasi liberal pasca perang dunia ke-2, untuk menciptakan format baru penjajahan dari kolonialisme dan imperalisme lama. Konsolidasi yang menghasilkan adanya pertukaran politik global sehingga memunculkan imperium global yag diikuti dengan perkembangan diplomasi multerateral dan regulasi internasional dan pembentukan instritusi-institusi politik global, seperti PBB dan institusi regional seperti Uni Eropa, NAFTA dan lain-lain. Institusi politik internasional inilah yang akan menciptakan aturan main percaturan politik global berskala internasional khususnya yang menyangkut isu-isu perdagangan, perang dan perdamaian. Perkembangan politik internasional yang ditopang dengan aturan internasional tersebut akan menghilangkan sekat-sekat batas negara sehingga akan memunculkan rezim internasional yang mempunyai pengaruh cukup signifikan dan memiliki otoritas untuk menentukan masa depan negara-negara yang lain. Perkembangan internasionalisai dan transnasional politik yang mempunyai kecenderungan hilangnya peran negara atas warganya, dan kecenderungan untuk membangun satu pemerintahan rezim global yang berlapis dengan kekuasaan mayanya, tetapi mampu mengerakkan struktur sosial dan politik dari sebuah negara. Konsekwensi dari politik transnasional ini adalah miunculnya hukum-hukum internasional yang kosmopolitan.
Posisi Indonesia yang merupakan bagian dari system dunia, tidak akan mungkin lagi terhindar dari proses internasionalisasi politik tersebut apalagi dengan kondisi geo-geografis Indonesia yang strategis. Indonesia akan kehilangan banyak peran dan hanya menjadi bagian kecil dalam pentas dunia. Pemerintah Indonesia dan negara-negara ketiga lainnya akan semakin kehilangan kontrol atas arus informasi, teknologi, penyakit, migrasi, senjata, dan transaksi finansial baik legal maupun ilegal yang melintasi batas-batas wilayahnya. Aktor non-negara, mulai dari kalangan bisnis hingga organisasi-organisasi non-profit akan semakin memainkan peranan penting dalam lingkup nasional maupun internasional. Kualitas pemerintahan nasional dan internasional akan ditentukan oleh tingkat keberhasilan negara dan masyarakat dalam mengatasi kekuatan-kekuatan global di atas.
Sistem dunia dengan peradaban baru akan terus melakukan akumulasi modal sebesar-besarnya dengan tetap mempertentangkan negara, individu dan pasar. Konsekwensinya dalan struktur dunia paling tidak akan membentuk tiga kekutan negara yang mempunyai kecenderungan berbeda-beda, sebagaimana dikatakan oleh Walerstein. (Walter L. Goldfrank : 2000), yaitu :
1. Core, terdiri dari negara yang memiliki proses-proses produksi yang cangih, didaerah ini borjuis indigenous memiliki industri otonom yang memproduksi komoditas manufaktur untuk pasar dunia. Pola-pola kontrol buruh yang dominan adalah wage labour dan self-employment, negara-negara core biasanya dengan strong state machinesries. Negara core pada umumnya Northwest Eropa, Amerika Serikat, Kanada, Jepang, dan Australia.
2. Periferi, terdiri dari negara-negara yang memiliki proses produksi yang sederhana. Biasanya produk-produk negara periferi ikut menyumbang proses akumulasi kapital dinegara-negara core karena dagang memerlukan pertukaran-pertukaran yang tidak seimbang. Kontrol buruh juga dijalankan dengan kekerasan, dengan struktur negara yang lemah. Negara periferi menurut Wallerstain’s tidak cukup kuat untuk mengintervensi lajunya komoditas, kapital dan buruh antar zona ini denfgan zona yang lainnya dalam system dunia. Tetapi cukup kuat untuk memfasilitasi flows yang sama.
3. Semi Periferi, mempunyai kompleksitas kegiatan ekonomi, modus kontrol buruh, mesin negara yang kuat dan sebagainya. Fungsi politik periferi adalah sebagai buffer zone antara dua kekuatan yang saling berlawanan. Secara historis, semi periferi terdiri dari negara-negara yang sedang naik atau turun dalam system dunia.
Tiga ketegorisasi negara ini yang nantinya akan menjadi bagian dari system dan peradaban baru dunia yang akan terus berdinamika sesuai dengan fluktuasi mekanisme pasar, dengan kecenderungan-kecenderungan tertentu.
Geo Ekonomi
Proses pergeseran tatanan politik dunia baru sebagaimana yang tersebut di atas, akan menopang struktur ekonomi global, dengan menyiapkan infrastruktur aliran dan lalu lintas modal baik langsung maupun tidak langsung. Aturan main internasional sebagai hasil dari kebijakan lembaga-lembaga politik dan ekonomi internasional seperti, PBB, IMF, world Bank, WTO dll, juga akan mempengaruhi Indonesia untuk tetap bisa survive didalamnya. Pertumbuhan negara, kemampuan negara meningkatkan pendapatan, mengatasi kemiskinan dan menguranggi pengangguran akan sangat tergantung kondisi dan tatanan ekonomi internasional. Tak terkecuali adalah lalu lintas modal dalam negara, karena kesemuannya dikemas dalam hukum kosmopolitan yang namanya mekanisme pasar, yang menghadapkan individu , negara dengan pasar.
Perekonomian global akan sangat ditentukan juga oleh negara-negara adikuasa yang secara kemampuan memiliki kelebihan-kelebihan struktur ekonomi, seperti Cina, AS, Inggris, Swedia, kanada dll. Kemampuan untuk mengsuplay kebutuhan-kebutuhan negara di dunia, akan memunculkan pemenang-pemenang ekonomi, karena hegemoni ekonomi global akan menentukan gaya hidup borjuis, hiperbalis dengan tingkat konsumerisme yang tinggi di masyarakat, sehingga akan mengakibatkan tingkat ketergantungan penduduk dan negara di dunia ketiga akan semakin tinggi terhadap negara-negara suplayer, tak terkecuali Indonesia. Hal ini akan semakin membuat keberadaan kemiskinan yang meningkat di negara-negara dunia ketiga dan kesenjangan ekonomi yang sangat tinggi.
Perekonomian global tersebut hanya akan berorientasi pada akumulasi modal yang tidak akan pernah merembes kebawah atau tricle down efek, karena kepemilikannya hanya menjadi kepemilikan Individu para pemodal dunia. Dalam menjalankan proses akumulasi modal dang penguasaan sumber daya tertentu yang ada di negara-negara dunia ketiga termasuk Indonesia, tatanan baru ekonomi dunia akan memainkan betul aturan-aturan main perdagangan internasional, yang telah dihasilkan oleh WTO dengan mengunakan aktor perusahaan-perusahaan multinasional yang didukung dengan kemampuan tekhnologi yang tinggi dan tingkat permodalan yang besar (TNC/MNC), yang berbasis dinegara-negara adi daya.
Sebagai contoh kasus di Indonesia, Kentacy Fried Chicen yang merupakan perusahaan multinasional yang berbasiskan di AS kini telah merambah Indonesia. Didukung dengan informasi, teknologi dan permodalan yang kuat, KFC akan bersaing dengan pengusaha lokal yang bergerak pada sektor perdagangan yang sama. Sudah barang tentu perusahaan pribumi akan kalah bersaing dalam memperebutkan pasar, karena tidak didukung dengan infrastruktur yang memadai dan permodalan yang kecil. Kemenangan KFC atas pengusaha lokal ini, tidak semata-mata didukung oleh infrastruktur saja, tetapi juga oleh pergesaran gaya hidup modern masyarakat Indonesia, yang cukup signifikan mendukung proses akumulasi modal yang terjadi di KFC.
Perkembangan ekonomi dunia juga akan dipengaruhi dinamika di internasional, seperti pasca pengeboman WTC, 11 september 2001 dan pasca perang Iraq. Perekonomian internasional yang sempat tergoncang dengan aksi WTC tersebut, sehingga memunculkan pertarungan ekonomi antar negara-negar didunia, baik negara core, periferi dan semiperiferi. Sehingga sempat digambarkan oleh Philippe Chalmin, yang mengambarkan kondisi ekonomi dunia pasca aksi WTC sebagaimana terlihat pada tabel dibawah ini :
A Very Dull World Economy
State 2002 2003
United States 2,5 3,1
Japan -1 0
Euroland 1 2
France 1,3 2,1
Germany 0,4 1,8
Italy 1 2,2
Netherlands 1 2
Bergium 1 2,5
Spain 1,9 2,9
United Kingdom 1,8 2,5
Sumber : Euler And Hermes, Philippe Chalmi-October 1st 2002
Gambaran-gambaran tersebut di atas, yang nantinya akan mempengaruhi masa depan Indonesia, baik bidang politik, ekonomi dan bidang-bidang lainnya atau bahkan hal itu akan berpengaruh semenjak sekarang.
1. Indonesia dan geopilitik
Sistem dunia dengan peradaban baru serta peraturan-peraturan internasional sebagaimana banyak disebutkan diatas, akan sangat mempengaruhi Indonesia. Indonesia yang masuk dalam kategori negara periferi, akan menghadapi hegemoni dan pertengan peradapan dengan negara core serta semiperiferi. Dalam kondisi yang seperti ini, saatnya kita berpikir secara realistis, bahwa geopolitik tersebut suatu realitas yang tidak bisa dinafikkan kehadirannya. Berpikir tentang masa depan Indonesia yang berbasiskan pada kenyataan riil tentang geopolitik yang mempengaruhi semua struktur kehidupan manusia Indonesia dan dunia. Melihat hal tersebut kita realistis bahwa yang bisa kita lakukan saat ini adalah bagaimana bangsa kita mampu beradaptasi, dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki sehingga bisa bertahan (survive) dalam peradaban dan struktur baru dunia. Kondisi peradaban struktur dunia baru memiliki kecenderungan untuk mengilas manusia dan negara yang tidak mampu bertahan dalam sistem dunia tersebut. Untuk mampu bertahan, Indonesia harus mampu dan jeli mengalisa semua dinamika internasional, dan kecenderungan-kecenderungan trend global.
2. Indonesia Dan Geoekonomi
Sistem dunia juga tidak bisa menafikkan geoekonomi, karena keduanya akan selalu menopang untuk melakukan akumulasi kapital secara terus-menerus. Aturan perdagangan internasional produk WTO akan mengekang kemampuan daya saing Indonesia dibanding negara-negara lain. Ekonomi internasional yang mempertentangkan negara, individu dan pasar sebagaimana prinsip mekanisme pasar, juga akan signifikan untuk mengilas perekonomian dalam negeri, karena bagaimanapun pasar modal dan pasar uang dunia lebih dominan untuk mempengaruhi lalu lintas arus modal dalam negeri dan berkorelasi terhadap perekonomian kita.
Sistem ekonomi dengan tatanan baru pasca aksi WTC akan lebih menjauhkan kemampuan daya saing Indonesia dalam perdagangan global. Meskipun perekonomian sempat goncang tetapi WTC menjadi momentum untuk membentuk struktur dan tatanan ekonomi dunia. Melihat kondisi seperti ini, yang bisa kita lalukan adalah melihat relitas sistem ekonomi dunia dan menjadikannya analisa, dengan harapan bangsa Indonesia mampu beradaptasi dan bertahan, tentunya dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki, jika memang kita tidak ingin tergilas dengan adanya sistem baru dunia tersebut.
DAFTAR BACAAN
1. Karim Suryadi, Masyarakat Versus Negara, Penerbit, Kompas 1999
2. Dr.Ir.H. Bunyamin Ranto, SE, Menanggapi Tantangan Masa Depan, Penerbit, Pustaka Sinar Harapan Jakarta, 1995
3. Jacob Oetama, Berpikir Ulang Tentang Keindonesiaan, Penerbit Buku Kompas, 2001
4. Anthony Giddens, Runaway World, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, 2001
5. “Paradigm Regained? The Rules Of Wallerstein’s World System Method” karya Walter L. Goldfrank, dalam Journal Of World System Research, VI, 2, Summer/Fall 2000.
6. Euler And Hermes, Philippe Chalmi-October 1st 2002
Penulis adalah Dewan Pendiri Perhimpunan Perdikan Semarang
Alamat : Tarukan RT 02/V candi Ambarawa - Kab. Semarang - Jawa Tengah
No Rek BCA : 3540118140 an Suyono HS, BCA KCP Cepu
Mobile : 08156623395